BLOGGER TEMPLATES AND Google Homepages »

Kamis, 04 Maret 2010

perekonomian di indonesia

Perekonomian berdasarkan inflasi di indonesia

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum, atau inflasi dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang. Defenisi diatas memberikan makna bahwa, kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan harga karena panen yang gagal misalnya, tidak termasuk inflasi.
Ukuran inflasi yang paling banyak adalah digunakan adalah: Consumer price indeks” atau “ cost of living indeks”. Indeks ini berdasarkan pada harga dari satu paket barang yang dipilih dan mewakili pola pengeluaran konsumen. Barang-barang dalam paket itu dibobot sesuai dengan kepentingan relatifnya bagi konsumen. Dan data harga diperoleh dalam bentuk indeksasi. Indeks yang lain juga dapat diperoleh dari “deflatoir GNP pada harga konstan”. Kelebihan indeks ini bukan hanya memperhitungkan harga barang konsumen tetapi juga harga barang kapital dan barang ekspor.
Inflasi adalah masalah seluruh dunia. Namun berdasarkan data negara yang sedang berkembang, yang lebih banyak pengalamannya dalam hal ini inflasi dibanding dengan negara industri. Penyebaran inflasi keseluruh dunia terjadi oleh karena adanya mekanisme perdagangan keuangan yang saling berkaitan antara negara dunia.
Inflasi merembes keseluruh dunia dengan bebas. Kenaikan harga minyak empat setengah kali pada tahun 1973 – 1974 telah meningkatkan laju inflasi dunia dengan cepat pada tahun 1974 – 1975. Demikian juga perluasan “money supply” dunia pada tahun 1970 an telah mendorong inflasi. Kenyataan ini adalah akibat kekakuan “exchange rate”. Bila exchange rate (nilai tukar), fleksibel sempurna maka inflasi dapat dihindari. Sebaliknya kebanyakan negara dunia memiliki tingkat penukaran mata uang asing (exchange rate) yang tidak fleksibel, sehingga inflasi tak dapat dihindari.
Generalisasi seperti ini tentu ada kecualinya, yaitu negara yang mempunyai sistem perencanaan sentral di Eropa Timur atau Uni Soviet (tempo dulu). Pada negara-negara ini harga ditetapkan oleh pemerintah pusat (secara administratif). Jadi bukan karena permainan permintaan dan penawaran. Ini tidak berarti bahwa permintaan tidak pernah melebihi penawaran. Bila kenyataan ini juga terjadi maka penjatahan atau antri dapat diberlakukan terhadap produksi, sebelum penawaran ditingkatkan.
Berdasarkan nilai tukar dolar Indonesia pada saat ini 1$ mencapai Rp.12.000 . . jadi perekonomian di Indonesia mengalami krisis . . .
Apalagi pemerintah Indonesia sedang di uji dengan adanya bencana-bencana alam di Indonesia yang membuat Negara harus mengeluarkan anggaran untuk membantu rakyat-rakyatnya yang telah terkena musibah

Perekonomian Indonesia di masa pemerintahan sby
Rizal Ramli: Tim Ekonomi SBY Jumawa
Krisis finansial yang melanda Indonesia sekarang ini karena ulah tim ekonomi Pemerintah SBY sendiri yang terlalu Jumawa. Padahal sinyal kuning akan krisis finansial sudah diingatkan jauh sebelum krisis itu berlangsung.
"Sebelum krisis finansial yang terjadi sekarang ini kita sudah peringatkan pada awal bulan januari 2008 bahwa tahun 2008 merupakan the year of the buble atau tahun gelembung yang dapat pecah sewaktu-waktu, bila pemerintah tidak mengantisipasi peningkatan gelembung finansial yang semakin mengkhawatirkan tersebut," kata Ketua Komite Bangkit Indonesia Rizal Ramli dalam acara halal bihalal di kediamannya di kawasan Bangka, Jakarta, Rabu (15/10).
Penggelembungan tersebut, lanjut Rizal, karena terpusatnya sektor finansial pada segelintir orang kelas menengah keatas, yang tidak mengalir jauh hingga ke masyarakat bawah.
Namun, tambah Rizal, sayangnya peringatan tersebut tidak diantisipasi oleh Tim Ekonomi SBY Boediono dan Sri Mulyani. "Malah mereka balik menuding kepada saya bahwa saya mengada-ada dan sekedar mencari popularitas," ujar mantan Menko Prekonomian di era Gus Dur ini.
Lebih jauh, Rizal menjelaskan, paradigma ekonomi Indonesia haruslah diubah dari yang ugal-ugal seperti paradigma neo liberal menuju paradigma konstitusi yang lebih mengarah pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
"Maka dari itu saya optimis bila 2009 ada komitmen dari para pemimpin yang siapa pun akan terpilih untuk melakukan terobosan dalam menyelesaikan masalah-masalah ekonomi yang selama ini diabaikan," ungkap Rizal.
Jika dibidang ekonomi Rizal memberikan kritikannya, untuk bidang politik dan hukum justru memberikan aplaus. Dimana menurutnya, bidang politik dan hukum kepemimpinan SBY mendapat nilai positif. Seperti politik stabilisasi perdamaian aceh.
"Namun sangat disayangkan komitmen yang diawalnya ingin membangun perekonomian justru ditinggalkan, karena terbukti krisis yang terjadi saat ini. seperti semakin banyaknya pengangguran, meningkatnya jumlah masyarakat miskin dan lumpuhnya infrastruktur di pedesaan," pungkas Rizal.*inilah.com